Wanita Sholehah: Bidadari Surga Terindah

Ia mutiara terindah dunia
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya
Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak, ia menjadi bidadari surga
Terindah dari yang ada
(hanan)
***

Pernahkah saudara-saudara melihat seorang bidadari? Bidadari yang bermata jeli. Yang kabarnya sangat indah dan jelita. Saya yakin kita semua belum pernah melihatnya. Kalau begitu mari kita ikuti percakapan antara Rasulullah sallallahu'alaihi wa sallam dan Ummu Salamah radhiyallahu 'anha tentang sifat-sifat bidadari yang bermata jeli.
—-
Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Saya berkata, 'Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli'."

Beliau menjawab, "Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilai seperti sayap burung nasar."

Saya berkata lagi, "Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, 'Laksana mutiara yang tersimpan baik'." (Al-waqi'ah : 23)

Beliau menjawab, "Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia."
Saya berkata lagi, "Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, 'Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik'." (Ar-Rahman : 70)

Beliau menjawab, "Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita"

Saya berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, 'Seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik'." (Ash-Shaffat : 49)

Beliau menjawab, "Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur."

Saya berkata lagi, "Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, 'Penuh cinta lagi sebaya umurnya'." (Al-Waqi'ah : 37)

Beliau menjawab, "Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya."

Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?"

Beliau menjawab, "Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak."

Saya bertanya, "Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?"

Beliau menjawab, "Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, 'Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.'."

Saya berkata, "Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?"

Beliau menjawab, "Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, 'Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya'. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat."
—-
Sungguh indah perkataan Rasulullah sallallahu'alaihi wa sallam yang menggambarkan tentang bidadari bermata jeli. Namun betapa lebih indah lagi dikala beliau mengatakan bahwa wanita dunia yang taat kepada Allah lebih utama dibandingkan seorang bidadari. Ya, bidadari saudaraku.

Sungguh betapa mulianya seorang muslimah yang kaffah diin islamnya. Mereka yang senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh, betapa indah gambaran Allah kepada wanita shalehah, yang menjaga kehormatan diri dan suaminya. Yang tatkala cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap teguh mempertahankan keimanannya.

Sebaik-baik perhiasan ialah wanita salehah. Dan wanita salehah adalah mereka yang menerapkan islam secara menyeluruh di dalam dirinya, sehingga kelak ia menjadi penyejuk mata bagi orang-orang di sekitarnya. Senantiasa merasakan kebaikan di manapun ia berada. Bahkan seorang "Aidh Al-Qarni menggambarkan wanita sebagai batu-batu indah seperti zamrud, berlian, intan, permata, dan sebagainya di dalam bukunya yang berjudul "Menjadi wanita paling bahagia".

Subhanallah. Tak ada kemuliaan lain ketika Allah menyebutkan di dalam al-quran surat an-nisa ayat 34, bahwa wanita salehah adalah yang tunduk kepada Allah dan menaati suaminya, yang sangat menjaga di saat ia tak hadir sebagaimana yang diajarkan oleh Allah.

Dan bidadari pun cemburu kepada mereka karena keimanan dan kemuliaannya. Bagaimana caranya agar menjadi wanita salehah? Tentu saja dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Senantiasa meningkatkan kualitas diri dan menularkannya kepada orang lain. Wanita dunia yang salehah kelak akan menjadi bidadari-bidadari surga yang begitu indah.

Duhai saudariku muslimah, maukah engkau menjadi wanita yang lebih utama dibanding bidadari? Allah meletakkan cahaya di atas wajahmu dan memuliakanmu di surga menjadi bidadari-bidadari surga. Maka, berlajarlah dan tingkatkanlah kualitas dirimu, agar Allah ridha kepadamu.


(Ainul Wafa)

Angkot Sholeh


Dalam sebuah kisah di masa tabi’it tabi’in. Ada seorang pemuda yang bernama Ubaidilah bin ‘Umar yang memiliki tekad untuk selalu shalat berjamaah di awal waktu sepanjang umurnya tanpa pernah meninggalkannya sekali pun. Selalu saja ia melakukan hal tersebut terus menerus. Namun suatu kali, pada waktu shalat Isya di masjid yang biasa dia shalat, dia tertinggal. Ketika dia datang ke masjid, shalat berjamaah sudah selesai. Maka langsung dia bergegas mencari masjid lain. Ternyata sudah selesai juga. Berlari ia mencari masjid lain, pun sudah selesai. Akhirnya ia memutuskan untuk shalat Isya sendiri di rumah sebanyak 27 kali berharap bisa menggantikan shalat berjamaah yang sudah ia tinggalkan. Malamnya ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia bersama sahabatnya berpacu dengan kudanya masing-masing. Namun ia selalu tertinggal. Meskipun dia selalu berusaha untuk mengejarnya tapi dia tak pernah bisa mengejar teman-temannya itu. Salah seorang temannya berkata dalam mimpinya itu, “engkau tidak akan pernah bisa menyusul kami, karena kami shalat berjamaah sementara engkau shalat sendirian.”

Pernahkah Anda naik angkot? Terutama ketika Anda sedang berada di Kota Bogor. Yah.. cukup banyak angkot di kota ini. Malah bisa dibilang terlalu banyak, sampai-sampai ada julukan baru buat kota Bogor yaitu kota sejuta angkot akibat terlalu banyaknya angkot yang berlalu-lalang sehingga seringkali menjadi kambing hitam sebagai penyebab utama kemacetan yang ada di kota Bogor. Ada juga yang bilang Bogor kota yang hijau, lagi-lagi karena angkotnya yang berwarna hijau.

Banyaknya pesaing, setoran yang tinggi, membuat para supir angkot berusaha keras mendapatkan setoran sebanyak mungkin. Salah satu cara mereka adalah dengan sabar mereka menunggu penumpang yang berakibat tidak sabarnya penumpang yang sudah naik karena terlalu lama ngetem. Dari segala macam pernak-pernik kehidupan para supir angkot yang bekerja sangat keras sampai mereka lupa akan mandi, makan(mungkin) terlebih soal ibadah. Sebenarnya, jika soal ibadah bukan hanya supir angkot saja yang lupa, pedagang, karyawan bahkan mahasiswa pun juga banyak yang meninggalkan ibadah mereka, dalam hal ini shalat 5 waktu. Kenapa shalat?. Ya, Nabi kita berkata, yang membedakan seorang muslim dengan yang orang kafir adalah shalat.

Namun di tengah persaingan yang tinggi tersebut, ada satu yang menurut saya adalah sebuah fenomena, yang biasa saya saksikan sendiri setiap harinya. Di masjid tempat saya biasa memimpin shalat, ada sekumpulan supir angkot yang mereka tidak meninggalkan shalat di awal waktu. Memang tidak seberapa hanya sekitar delapan sampai sebelas supir. Dan tak setiap hari mereka melakukannya karena tidak setiap hari pula mereka “narik” karena sistem rotasi yang diterapkan pemerintah kota Bogor untuk mengurangi kemacetan. Tapi sungguh menakjubkan (buat saya) jika mereka melakukannya di tengah “kesibukan” mereka mencari nafkah yang tak ditentukan oleh jam kerja.

Jikalau ia seorang karyawan, maka ia dibatasi oleh jam kerja dan ada jam istirahatnya. Jika ia seorang guru atau dosen maka ia pun mendapat waktu yang sama. Tapi seorang supir, memang mereka bisa mengatur jam kerja semau mereka, tetapi logikanya adalah jika mereka tidak “narik”, maka mereka tidak akan mendapatkan penghasilan yang harus disetor.

Awalnya saya pikir hal ini adalah hal yang biasa. Karena saya hanya memperhatikan mereka ketika shalat Jum’at. Tapi ternyata banyak juga supir dengan nomor rute yang sama maupun beda tetap narik ketika shalat Jum’at berlangsung. Perhatian saya yang kedua adalah shalat Maghrib. Pun awalnya saya pikir ini adalah hal biasa juga karena waktu shalat Maghrib cukup pendek hanya sekitar kurang lebih satu jam. Tapi mereka melakukannya di awal waktu.

Baru saya terkagum-kagum ketika ada seorang supir yang shalat di masjid kami, karena masjid kami dilalui oleh rute angkot tersebut, selalu datang sebelum adzan berkumandang untuk menunggu shalat berjamaah. Dan yang ia lakukan bukan hanya shalat Maghrib, tapi juga Zhuhur, Ashar dan ‘Isya. Ya, setiap dia narik dia melakukan itu. Mang Yudi namanya. Namun bukan Yudi yang menulis surat ini, karena yang menulis bukan supir angkot melainkan hanya seorang marboth dari sebuah masjid di pinggir pintu keluar tol Baranang Siang. Kemudian ada juga kang Jamal. Dia pun melakukan hal yang sama tanpa mau kalah dari rekannya sesama supir. Dan bukan cuma mereka, ada belasan supir lagi yang terbiasa shalat di masjid kami. Meskipun kadang tidak di awal waktu.

Mereka bukanlah siapa-siapa. Tak banyak yang menganggap mereka sebagai bagian penting dalam hidupnya. Bahkan banyak yang melecehkan mereka hanya karena profesi mereka. Sungguh, buat saya ini merupakan sebuah fenomena tersendiri di tengah fenomena banyaknya orang yang meninggalkan shalat di awal waktu. Padahal sudah jelas nabi mengancam akan membakar rumah mereka yang meninggalkan shalat berjamaah. Para ulama fiqih pun mewajibkan shalat di awal waktu, kecuali Imam Syafi’i yang menetapkan sebagai sunnah muakadah yang artinya sangat dianjurkan meskipun ia tidak pernah meninggalkannya. Lalu Hasan al Banna dalam wasiatnya agar tidak meninggalkan shalat di awal waktu. Atau seorang mujahid Syeikh Abdul Aziz Rantisi yang pernah meninggalkan pengadilan Israel ketika sedang disidang hanya untuk melaksanakan shalat di awal waktu tanpa pernah takut bahwa hukumannya akan diperberat.

Tidak cukupkah pesan ini sampai kepada kita sehingga kita masih meninggalkan shalat berjamaah di masjid di awal waktu? Terlebih buat mereka yang mengaku sebagai aktivis Islam, para penggiat dakwah yang selalu berusaha menyampaikan dakwahnya. Akankah kita kalah oleh mereka para supir angkot yang shalih ini hanya gara-gara shalat yang mungkin kita anggap sepele? TIDAK!!…ini bukan hal SEPELE!! Ini masalah BESAR.

Tidak cukupkah kisah Ubaidilah bin Umar menjadi pelajaran bagi kita. Jangan-jangan ketertinggalan bangsa kita disebabkan karena seringnya kita meninggalkan shalat berjamaah di awal waktu.

Ya Allah.. ampuni segala dosa kami. Ya Allah..jangan Engkau jadikan kami bangsa yang tertinggal karena kelalaian kami. Ya Allah.. berikan kami kesempatan untuk mengejar ketertinggalan kami. Ya Allah.. hamba bersyukur telah Engkau tempatkan di tengah orang-orang shalih yang senantiasa mengingatMU siang dan malam.

Sungguh saya lebih senang bersama mereka para supir angkot yang shalih ini daripada mereka yang mengaku para ulama yang berkumpul dalam sebuah majelis. Mereka berkumpul di komplek masjid yang ternama di kota Bogor. Namun ketika adzan dengan keras berkumandang mereka tetap melanjutkan rapatnya tanpa sekalipun menghentikan aktivitasnya. Entah apakah mereka menganggap apa yang mereka bahas itu lebih penting dari shalat di awal waktu. Saudara-saudaraku… saya tidak ingin kalah dari para supir angkot ini. Bagaimana dengan Anda?


Sumber Dakwatuna.com

Rahasia Sakit



Banyak orang tidak merasa nikmatnya kesehatan kecuali setelah sakit. Sementara ketika sehat seringkali seseorang lalai. Lalai akan agungnya Allah yang telah memberikan kesehatan, sehingga selama sehat justru semakin jauh dari Allah. Lalai akan kewajibannya kepada Allah, sehingga selama sehat banyak kewajiban yang diabaikan. Lalai akan dirinya, sehingga selama sehat banyak mengkonsumsi sesuatu yang terlarang dan menyebabkan datangnya penyakit. Satu contoh misalnya rokok. Semua dokter mengatakan bahwa rokok mengandung banyak penyakit. Di semua iklan ditegaskan bahwa rokok akan menyebabkan penyakit kanker dan kemandulan. Namun ternyata banyak orang sehat laki dan perempuan yang secara terang-terangan sengaja merokok. Padahal ketika penyakit menyerangnya ia tahu apa penderitaan yang harus ia rasakan. Inilah makna ungkapan pepatah Arab yang sangat terkenal : ash shihhatu taajun ‘alaa ruusil ashihhaa’ laa yadzuuquhuu illal mardha (kesehatan adalah mahkota di atas kepala orang-orang sehat yang tidak terasa kecuali ketika ia sakit).

Allah swt sangat sayang kepada makhluk-Nya. Maka seluruh yang Allah berikan untuk makhluk-Nya adalah yang terbaik (ath tahyyibaat). Dan seluruh yang tidak baik (al khabaaits) Allah haramkan. Allah haramkan khamr karena merusak akal. Dari sini kita tahu betapa Allah mengajarkan agar manusia selalu menjaga akalnya supaya tetap menjadi manusia yang normal. Allah haramkan zina, karena dari perzinaan nasab akan hilang, lebih dari itu perzinaan banyak menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tidak hanya penyakit fisik tetapi lebih dari itu penyakit mental. Betapa banyak para pezina menjadi pembunuh. Itulah sebabnya mengapa dalam surah Al Isra’ Allah menggandengkan ayat larangan atas zina dengan ayat mengenai pembunuhan. Lain dari itu Allah haramkan babi sebab tugas babi bukan untuk dimakan, melainkan untuk menyerap bakteri dan kotoran. Itulah sebabnya mengapa babi suka makan yang kotor-kotor.

Namun sayangnya panduan keselamatan yang Allah ajarkan, seringkali diabaikan. Banyak orang tidak suka patuh kepada Allah. Padahal setiap ajaran Allah pasti benar dan pasti mengantarkan kepada kebahagiaan. Lebih-lebih akhir-akhir ini di saat materialisme menguasai jiwa manusia, iman kepada Allah semakin tipis. Manusia lebih suka bergantung kepada makhluk dari pada kepada Allah. Coba Anda tanya kepada orang-orang terdekat di sekitar Anda, siapakah yang pertama kali mereka ingat ketika sakit. Mereka rata-rata akan menjawab dokter. Dari sini nampak bahwa dokter seakan penyebab kesembuhan. Di manakah Allah asy syaafii dalam jiwa mereka? Apakah sampai sejauh ini manusia merendahkan Allah? Apakah sampai setingkat ini manusia merasa independent dari Allah?

Sungguh tidak mungkin bahagia manusia yang jauh dari Allah. Ingatlah bahwa ternyata sangat banyak contoh-contoh kelemahan manusia. Dan ini terasa ketika seseorang sakit. Satu contoh misalnya, saya ketika ditimpa radang pita suara, saya berkali-kali datang beberapa dokter spesialis THT. Penelitian mereka lakukan. Lalu mereka tentukan obat. Begitu obat saya konsumsi ternyata lambung saya terkena dampak obat tersebut. Seketika saya hentikan obat untuk radang pita suara. Saya segera ke dokter lain untuk mengobati lambung. Setelah lambung saya sembuh saya kembali mengkonsumsi obat untuk radang pita suara. Namun ternyata setelah sekian lama saya konsumsi obat sesuai yang ditentukan dokter, justru suara saya semakin hilang. Akhirnya saya lari ke dokter alternatif, akupunktur, tetapi hasilnya masih tidak ada. Alternatif lain saya datangi ahli refleksiologi, juga tidak ada hasilnya. Terakhir saya datangi dokter herbalist, dan sampai sekarang saya masih mengkonsumsi obat herbal. Namun juga belum nampak hasilnya.

Perhatikan apa yang saya dapatkan dari kenyataan ini adalah bahwa sungguh manusia sangat lemah. Dan penyakit yang Allah berikan tidak lain untuk mengingatkan hakikat kelemahan ini. Bahwa manusia harus selalu bergantung kepada Allah. Bahwa sebaik-baik hamba adalah yang paling banyak bergantung kepada Allah. Datangnya penyakit adalah salah satu tanda supaya seorang hamba semakin memperkokoh ketergantungannya kepada Allah. Bila ini yang disadari setiap orang yang sakit, sungguh lama kelamaan tidak ada di muka bumi ini orang berani melawan Allah. Karena paling tidak seseorang jika tidak terkena penyakit, minimal ia akan selalu melihat orang-orang yang sakit. Semuanya mengingatkan akan makna ini. Makna di mana seseorang benar-benar merasa dan yakin bahwa hanya Allahlah Penyembuh. Dokter dan obat yang ditentukan tidak pernah menjamin kesembuhan. Karena itu banyak upaya para dokter yang gagal. Bukankah sudah saatnya manusia selalu belajar dari setiap penyakit yang dirasakan dan yang disaksikan di sekitarnya? Wallahu a’lam bishshswab

Negara Bertauhid itu Bernama Indonesia


Pada tanggal 9 Ramadhan 1364 H., bertepatan tanggal 17 Agustus 1945, para pendiri negara ini memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari kolonialisme. Bangsa Indonesia kembali merayakan hari jadinya yang ke 65 tahun, persis jatuh pada bulan suci Ramadhan, tepatnya hari Selasa, tanggal 7 Ramadhan 1431 H., kesan peringatan kali ini lebih terlihat sederhana, khusyu’ dan jauh dari hura-hura.

Kalau kita tengok kembali perjalanan sejarah bangsa besar ini, kita akan menemukan bahwa peran, kontribusi dan perjuangan umat Islam terhadap kemerdekaan begitu besar. Tercatat dalam buku sejarah kita, para pahlawan, syuhada’ dari berbagai pelosok negeri ini adalah nota bene mereka muslim. Mereka berjihad membela tanah airnya dan menegakkan agamanya sekaligus. Dengan jiwa dan raga mereka membela negeri ini. Ada Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, ada Imam Bonjol di Sumatera, ada Kapitan Pattimura Ahmad Lussy, ada Cut Nyak Dien, dan sederet nama-nama pahlawan nasional lainnya, bahkan ada di antara kakek-nenek kita, orang tua kita yang juga berjuang mengusir penjajah, namun mereka tidak tercatat sebagai pahlawan dan tidak di makamkan di Taman Makam Pahlawan. Kemudian, para pendiri negeri ini meneruskan perjuangan mereka dan memproklamirkan kemerdekaannya.

Negara Tauhid

Para pendiri bangsa ini meletakkan dasar negara Indonesia berasaskan Tauhid (penuturan saksi sejarah kepada penulis). Itu terbukti secara konstitusional. Paling tidak ada 3 dalil kanstitusional yang menguatkan hal itu:

Pertama, bunyi pembukaan UUD 45 Alinia ketiga, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Pernyataan tegas itu menunjukkan bahwa para pendiri negeri ini sadar betul bahwa kemerdekaan ini bukan semata-mata jerih payah mereka, tapi lebih pada karunia dari Allah swt. Ini sekaligus membuktikan bahwa para pendiri negeri ini religius dan taat beragama.

Kedua, adalah bunyi Pasal 29 Ayat 1 Undang-Undang Dasar, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebelum rumusan ini disepakati, bunyi ayat itu adalah “Negara berdasarkan Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Delapan kata yang terakhir dicoret, karena umat Islam sangat toleran terhadap agama lain, dan untuk menggantikan delapan kata itu, disepakatilah satu kata, yaitu Esa. Kenapa bukan Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Kasih Sayang dst., tapi mengapa dipilih kata Esa. Karena Esa itu berarti Tauhid. Allah swt. berfirman: “Katakanlah, Dialah Allah Yang Esa.” (Al-Ikhlas:1).

Ketiga, adalah pasal 31 ayat 3 (hasil amandemen) tentang Pendidikan Nasional Indonesia. Berbunyi, Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”

Subhanallah, jadi kalau kita fair, ketiga landasan konstitusional itu sudah menjadi bukti bahwa negeri ini didirikan karena tekad kuat dari para pendirinya untuk maju, membangun dan menjadi negara yang besar berlandasan tauhid.

Berdasarkan akar sejarah bangsa ini -yaitu para pahlawan dan syuhada’ adalah mayoritas muslim dan bukti bahwa semangat para pendiri negeri ini adalah tauhid-, maka sudah seharusnya jika pemimpin negeri ini melanjutkan perjuangan mereka dengan semangat yang sama dan tidak sekali-kali menjadikan umat Islam sebagai kelompok yang dicurigai, didiskriminasi apalagi dijadikan musuh. Dan jangan sampai ada lagi kelompok-kelompok dari pengelola negeri ini yang sengaja mengkait-kaitkan tindak pengkrusakan dan terorisme dengan agama Islam atau agama apapun, apa lagi dengan sengaja menciptakan kondisi dan kesan seperti itu. Sebab, selain tindak pengkrusakan dan tindak terorisme bukan dari ajaran agama apapun, apalagi agama Islam, juga berarti kita melupakan sejarah bangsa sendiri dan melupakan perjuangan umat Islam selama ini.

Suka tidak suka, mayoritas penduduk negeri ini adalah Muslim. Bahkan menjadi penduduk terbesar Islam di dunia. Bayangkan! Jika semua penduduk muslim Timur Tengah dijadikan satu, itu masih lebih banyak jumlah penduduk Muslim di negeri ini. Inilah fakta dan data, kita tidak bisa memungkirinya. Jadi siapapun kita, dan para pemimpin negeri ini, hendaknya memperlakukan umat Islam secara fair dan bijaksana. Agar negeri ini secara berproses kembali bangkit dan membangun bersama, menjadi negara yang diperhitungkan dipercaturan dunia internasional. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari umat Islam, karena ajaran Islam membawa kasih sayang bagi alam semesta, bagi semua umat manusia tanpa terkecuali “Islam Rahmatan lil’aalamiin”.

Bulan suci Ramadhan menjadi bukti bahwa Islam dan umatnya cinta persaudaraan, kepedulian, berbagi, membangun, berprestasi dan memberikan sebesar manfaat bagi siapapun, terutama bagi negeri tercinta ini, biidznillah.

Itulah yang semestinya kita bangun bersama di negeri ini, dan itulah yang harus ditunjukkan oleh para pemegang amanah kepemimpinan di negeri ini. agar kita tidak disebut, “lupa akar sejarah bangsanya sendiri”. Allahu a’lam


Sumber: dakwatuna.com

MERDEKA

Bosen jadi orang biasa,,, sekali kali pingin jadi pendekar ach....



ikut ikutan mas ridho, nyanyi lagu dangdut, he.. he.. he..